Selasa, 12 April 2016

Corat Coret Pelulusan Tidak Memiliki Manfaat



Akhir akhir ini rame sekali di perbincangan di media soaial tentang aksi anak SMA coret coretan seragam usai UN, salah satunya kasus Sonya Ekarina Depari yang memaki maki polwan saat terjaring razia, Rabu (6/4/2016) Medan(1), dan kasus anak anak SMA Jawa Tengah yang merobek rok sambil corat coret usai Ujian Nasional (UN)(2) .
Apakah iya begini kelakuan generasi muda kita ? ironis sekali bukan..
 
Akhir akhir ini penulis sangat kaget melihat pemberitaan di media sosial mengenai ulah ulah anak SMA saat usai menjalankan UN ini, penulis sampai heran dan kebingungan apa sih manfaat dari corat coret ini ? membuang buang waktu dan mendatangkan malak petaka saja. Seperti kasus Sonya Ekarina Depari yang mengalami depresi berat akibat di bully oleh netizen di MedSos sampai sampai ayahnya meninggal dunia saking kagetnya(1). Dan banyak kasus lainnya seperti kecelakaan saat coret coretan.

Penulis juga pernah merasakan bagaimna rasanya ketika SMA, keinginan kita menggebu gebu saat ingin melakukan sesuatu hal yang asik, tetapi sumgguh coret coret pelulusan itu tidak memiliki manfaat sama sekali, bahkan tidak jarang coret corean itu mendatangkan musibah.

Dulu ketika SMA penulis ingat betul, penulis dan teman teman sangat ingin melakukan coret coretan, kita beranggapan bahwa coret coretan itu adalah moment terakhir bersama kawan kawan sebagai kenang-kenangan yang akan kita ingat sampai tua nanti dan yang akan kita ceritakan kepada anak kita nanti, ini anggapan penulisa beserta teman teman dulu pada saat SMA, bahkan penulis dan teman teman mengajukan coret coretan di halaman sekolah dan berjanji tidak akan kompoi di jalanan asalkan pihak sekolah memberikan izin coret coretan di sekolah, tetapi pihak sekolah tidak mengizinkan.
Sungguh kekana-kanakan penulis saat itu, akhirnya penulis dan teman teman pulang ke rumah masing-masing usai menjalkna UN. Pada saat dirumah ibu penulis mengajukan pertanyaan kepada penulis, beliau berkata “apa sih tujuan nak e untuk coret coretan ?” lalu penulis menjawab “untuk kenang-kenangan maq, ini kan moment terakhir bersama temen temen SMA yang bakalan kita inget samapi tua dan di ceitakan pada anak anak kita nanti” penulis berkata seperti ini sambil menangis, penulis inget betul lalu ibu penulis pun berkata sambil tersenyum
“ sumbangkan aja seragamnya biar lebih bermanfaat dan pahala nak e bakal ngalir terus, begitu bangganya anak nak e suatu saat nanti ketika ibunya tidak mengikuti aksi coret coretan yang tidak mendatangkan manfaat itu”. Nah pada saat itu penulis memutuskan untuk tidak mengikuti coret coretan dan menyumbangkan semua seragam penulis ke sekolah. 

Itu adalah pengalaman penulis pada saat SMA, pada saat itu banyak teman teman penuis yang akhirnya tidak mengikuti acara coret coretan dan banyak juga yang mengikuti. Dari pihak sekolah mereka yang mengikuti aksi coret-coretan ijazahnya di tahan dan di suruh mengeluarkan denda yang lumayan besar pada saat itu. Agar untuk generasi seterusnya d sekolah penulis aksi coret coretan itu tidak di laksanakan lagi.
Ini adalah pengalaman yang penulis rasakan ketika penulis SMA dan pemikiran penulis masih sangat kekanak-kanakan, semoga apa yng penulis ceritakan pada artikel penulis ini mendatangkan manfaat dan dapat menginspirasi untuk remaja remaja bahwa coret coretan itu sungguh tidak mndatangkan manfaat, sumbangkan saja seragam kalian agar lebih bermanfaat..
yang terpenting adalah moralitas generasi penerus bangsa agar tetap menjaga diri sendiri, memfilter pergaulan yang tidak baik yang dapat merusak generasi penerus bangsa
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar