Permainan gasing atau bergasingan adalah salah satu
permainan tradisonal suku sasak. Dimana permainan gasing ini biasa di mainkan
dari berbagai golongan mulai dari anak-anak, remaja dan orang dewasa. Permainan
gasing ini biasanya di mainkan oleh kaum laki-laki karena permainan gasing ini
adalah salah satu ajang untuk mengadu ketangkasan karena harus mengadalkan
kekuatan tangan disamping mengandalkan kekuatan tangan juga mengandalkan
pikiran yaitu memukul gasing lawan dengan tepat sasaran.
Begasingan ini berasal dari dua suku kata yaitu Gang
dan Sing, dimana gang artinya lokasi lahan/lorong, dan sing artinya suara(1).
Permainan ini biasanya dilaksanakan pada tempat atau lokasi yang kosong dimana
saja bisa dilaksanakan. Permainan gasing ini adalah permainan yang tergolong
cukup tua di masyarakat sasak. Seni permainan tradisonal ini mencerminkan
nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegang kepada petunjuk dan aturan ditempat
permainan itu.
Cara permainan :
cara bermain gasing ini berbeda beda tergantung daerahnya, biasanya dilakukan secara berkelompok, kalo d daerah penulis di Desa Kotaraja Kec.Sikur Lombok Timur NTB permainanya secara berkelompok harus mengenai gasing lawan dan jika tidak mengenai gasing lawan dinyatakan kalah, selain mengenai gasing lawan pemain harus adu kekuatan laju putar gasing jika gasing kita dan gasing lawan masih ada perlawanan. Setiap daerah di Lombok Timur memiliki berbagai bentuk gasing umumnya gasing yang besar di namakan pemantok, khusus di pakai memukul, dan gasing yang kecil dinamakan pengorong atau pelepas, khusu untuk diputar atau dipasang untuk segera dipukul. Gasing ini berasal dari Desa Semaya, Kabupaten Lombok Timur(2).
cara bermain gasing ini berbeda beda tergantung daerahnya, biasanya dilakukan secara berkelompok, kalo d daerah penulis di Desa Kotaraja Kec.Sikur Lombok Timur NTB permainanya secara berkelompok harus mengenai gasing lawan dan jika tidak mengenai gasing lawan dinyatakan kalah, selain mengenai gasing lawan pemain harus adu kekuatan laju putar gasing jika gasing kita dan gasing lawan masih ada perlawanan. Setiap daerah di Lombok Timur memiliki berbagai bentuk gasing umumnya gasing yang besar di namakan pemantok, khusus di pakai memukul, dan gasing yang kecil dinamakan pengorong atau pelepas, khusu untuk diputar atau dipasang untuk segera dipukul. Gasing ini berasal dari Desa Semaya, Kabupaten Lombok Timur(2).
Menurut penulis nilai-nilai yang terkandung dalam
permainann gasing ini adalah :
1. Nilai
Sosial
Nilai soaial yang terkandung di
dalam permainan gasing ini adalah rasa saling menghormati dan rasa kebersamaan
yang cukup kuat dan utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan selalu menjunjung
tinggi nilai-nilai leluhur yang menjadi kebanggaan jati diri di daerah
tersebut. Selain rasa saling menghormati dan rasa keberasamaan ada nilai
interaksi dan komunikasi di mana anggota kelompok berinteraksi dan
berkomunikasi mengatur strategi untuk mengalahkan tim lawan.
2. Nilai
Seni
Kenapa penulis mengatakan ada nilai
seni dalam permainan tradisonal begasing ini karena selain mengadu ketangkasan
para pemain berlomba lomba untuk mendisain gasing dengan seunik mungkin,
misalkan memberikan corak warna yang unik unik pada gasing untuk memberikan
tampilan yang khas dari gasing para pemain itu sendiri. Biasanya para pemain
mengggunakan cat kayu untuk memberi warna pada gasing.
3. Nilai
Pendidikan
Nilai pendidikan yang terkandung
pada permainan gasing ini adalah nilai kejujuran, semangat yang tinggi dan jiwa
pemenang. Dimana para pemin dituntut untuk berprilaku jujur dalam kompetisi
dimana yang menang harus dinyatakan menang dan yang kalah harus dinyatakan
kalah tidak boleh ada kecurangan antar pemain. Selain sikap jujur, pemain
memiliki semangat yang tinggi dan memiliki jiwa pemenang karena setiap anggota
berharep untuk menjadi pemenang dalam kopetisi ini.
Jadi, permainan gasing ini adalah salah satu
permainan tradisional suku sasak yang harus di lestarikan. Meningat eksistensi
permainan gasing ini di daerah penulis sudak mulai melemah kaerana kemjuan
teknologi sehingga masyarakat terutama anak-anak dan remaja tidak terlalu
resfect pada permainan tradisional ini karena sibuk dengan gadget atau game
online.
Harapan penulis permainan tradisional begasingan ini
harus dilestarikan dengan cara membuat kompetisi-kompetisi pada perayaan hari
besar nasional seperti 17 Agustus atau hari hari besar keagamaan seperti maulid
Nabi dan sebagainya untuk meingkatkan minat masyarakat dalam permainan tradisional
ini.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar